Hari ini adalah hari ulang tahun muridku di salah satu
Universitas di Semarang. Namanya Nindia,dan aku berencana akan memberinya hadiah
berupa sebuah novel baru kesukaanku yang juga menjadi kesukaannya.Mungkin
banyak orang yang menganggapnya berlebihan, seorang guru yang mengatahui hari
ulang tahun muridnya sampai-sampai memberi hadiah pula.
Sebenarnya semua berawal dari kejadin beberapa tahun
yang lalau. Ketika itu aku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di Semarang.
Dulunya aku adalah seorang murid baru pindahan dari Bandung. Aku pindah sekolah
karena mengikuti ayahku yang sedang melaksanakan dinas. Awalnya aku merasa
sangat sulit untuk beradaptasi dengan kawan baruku, mengingat factor utamanya
adalah perbedaan bahasa. Ya iyalah orang
Sunda pindah ke Jawa pasti kaget meningat mungkin bahasa mereka yang kuanggap
sedikit aneh.Tapi itu tidak masalah karena aku punya teman sebangku yang baik
dan ramah. Namanya Fatma,dia adalah seorang gadis cantik yang wajahnya agak
pucat menurutku tapi faktanya memang begitu. Dialah orang yang dengan sabar
mengajariku bahasa Jawa. Ya bisa dibilang dialah Google Translate berjalanku
dalam bahasa Jawa.
Dulu kita sering belajar kelompok bersama di rumahnya
yang letaknya cukup dekat denagn sekolahku waktu itu. Aku masih ingat sekali,
ketika hari Sabtu dia mengajakku ke rumahnya untuk yang pertama kalinya. Kami
menempuh jarak yang cukup jauh mengingat kita berjalan kaki dari sekolah ke
rumahnya. Namun alangkah terkejutnya ketika aku sampai di rumahnya. Wow
rumahnya Nampak megah bagai istana. Ya
mungkin aku yang berlebihan tapi ya itulah menurutku. Mengingat Fatma
adalah seorang gadis yang sederhana namun rumahnya begitu mewah dan terparkir
Honda Jazz di depannya.”Kenapa kamu gak antar jemput aja kan lumayan ada mobil
pribadi,emang gak cape ya jalan kaki terus?”tanyaku. “Ehh jalan kaki itu sehat
tau.”jawabnya dingkat dengan logat Jawanya yng medok. Aku mulai kagum
padanya,dia itu tidak ingin pamer kalau dia orang kaya.
Begitulah hari-hariku bersamanya. Canda tawa selalu
mewarnai persahabatan kami. Namun pada suatu hari ketika kami pergi ke
Perpustakaan tiba-tiba Mas Heri yang dulu menjabat sebagai Ketua Osis di SMA ku
tiba-tiba mendekati kami yang tengah duduk di perpustakaan. “Kamu Kika ya,murid
baru dari Bandung kan?”Tanya lelaki berkacamata itu padaku. Aku terhenyak
mendengarnya bagaimana bisa dia mengetahui namaku dan seketika itu juga Fatma
yang duduk di sebelahku langsung berdiri dan berjalan meninggalkanku keluar
perpustakaan. “Fat,tunggu aku dong.”teriakku sambil bergegas menyusul Fatma
tanpa mengindahkan pertanyaan Mas Heri. Ya mungkin itu tidak sopan, tapi ya aku
lebih khawatir pada sahabatku. Sesampainya di kelas kutanya Fatma mengenai
kenapa dia meninggalkanku di perpustakaan. Dia hanya terdiam membisu tak
menjawab sedikitpun. Lalu ada seorang teman yang menghampiriku dan berbisik
“Dia itu cemburu karena kamu yang ditanya pak ketu. Dia itu dari dulu mengagumi
Mas Heri jadi ya wajarlah.”terang Nina. Oh jadi itu ya alasannya kok gak masuk
akal sampai segitunya sih padahal aku juga gak kenal sama si pak ketu itu.
“Fat, aku tuh ndak tau ya siapa itu Mas Heri,kamu marah cuma gara-gara dia?hey
kita ini teman masa marahan cuma gara-gara cowo?”tanyaku. “Iya mungkin bagimu
itu cuma tapi bagiku itu sangat mengesalkan,kamu juga ngerti kan?”jawabnya
denagn nada tinggi. Aku mulai terpancing emosi”Ya kalu kamu suka sama dia ambil
aja gitu aja susah, lagian aku gak suka sama dia kok!!”bentakku padanya, dia
pun langsung berlalu keluar kelas.
Setelah perdebatan yang cukup sengit akhirnya aku dan
Fatma jadi tidak akur. Tanpa berkata sepatah katapun dia langsung pulang saat
bel sekolah. Biasanya kami pulang bersama dan mampir ke warung untuk membeli
jajanan kesukaan kami. Lalu pada keesokan harinya kudapati Fatma tidak masuk
sekolah,katanya dia sakit dan dirawat di Rumah Sakit. Ya ampun apa mungkin ini
gara-gara yang kemarin?aku jadi tidak enak karena sudah membentaknya. Dan ketika
pulang sekolah aku menjenguknya untuk meminta maaf, namun apa yang kudapati
sebuah kabar memilukan yang mengiris hati datang dari kedua orang tuanya. Fatma
sedang koma akibat Leukimia yang dideritanya. Pantas saja wajahnya selalu
pucat, tapi dia tak pernah sedikitpun membicarakan hal itu padaku.aku sangat
merasa bersalah pada kawanku itu, namun aku hanya bisa berdoa untuk
kesembuhannya.
Setelah pukul 4 sore aku pamit pulang dan bilang esok
harinya akan datang kembali. Kemudian ba’da magrib aku membaca yasin untuk
kesembuhannya. Tiba-tiba telepon rumah berdering dan kudapati sebuah kabar jika
Fatma sudah tiada sejak pukul setengah enam sore. Aku tidak percaya akan hal
itu dan merasa sangat terpukul. Mengingat hari sebelumnya aku membentaknya.
Keesokan harinya aku melayat ke rumah duka dan mamahnya Fatma memberikanku
sepucuk surat dari Fatma mengenai permintaan maafnya tentang kejadian kemarin.
Aku menangis sejadi-jadinya.
Waktu kian berlalu membawa kesedihanku yang sangat
dalam. Sekarang aku sudah menjadi dosen ekonomi di Salah satu Universitas. Dan
alangkah terkejutnya ketika taun ajaran baru aku mendapati ada mahasiswa yang
wajahnya mirip dengan Fatma. Kudekati mahasiswa tersebut dan hal yang paling
membuatku terkejut dia mempunyai hobi dan kebiasaan yang sama dengan almarhum
Fatma. Ya Tuhan jika reinkarnasi itu benar-benar ada mungkinkah dia reinkarnasi
Fatma? Dan sejak saat itulah aku bersahabat dengan mahasiswa tersebut. Aku akan
menjaganya sebagai balas ganti aku tidak bisa menjaga sahabat SMA ku dulu.