Kisah
ini berawal ketika ada kegiatan di Sekolah kegiatan itu berlangsung kira-kira
selama dua bulanan. Seiring berjalanya waktu, kita sering bertemu, menghabiskan
waktu berama, tertawa, menangis, hal itu kami telah lalui denga penuh
kebahagiaan. Beberapa minggu terakhir kegiatan itu aku merasa aneh ada sesuatu
yang mengganggu perasaan ku, aku membicarakan hal itu kepada temanku, dia bilang bahwa aku
mencintainya. Aku terus kepikiran hal yang temanku katakana, apakah benar aku mencintainya? Sejak kapan aku
mencintainya? Apakah perasaan ku ini tidak salah? Itulah pertanyaan yang sering
muncul didalam hatiku. Tidak ada keberaniaan untuk mengatakan bahwa aku
mencintainya. Satu minggu sebelum kegiatan itu berakhir aku sangat bahagia, dia
perhatiaan kepadaku dan makin banyak waktu yang kami habiskan bersama, dia
bilang katanya dia akan buat suatu kenangan yang tidak akan aku lupakan sampai
kapanpun.
Akhirnya kegiatan itupun berakhir,
aku belum sempat mengatakan apapun kepadanya aku memikirkan berbagai macam cara agar dia
tau perasaan ku yang sebenarnya dia belum tau perasaan aku yang sebenarnyan
bahwa aku mencintainya. Waktu terus berjalan kami menjalankan hari-hari seperti
biasa. Dia mulai menjauhi, menghindari, seakan dia lupa waktu yang pernah kita
lewati. Semakin dia menghindar aku semakin mencintainya, sering aku
memperhatikan dia dari kejauhan, pada waktu itu waktu yang dilewatkan di
Sekolah menurutku sangatlah cepat didak
terasa, aku tidak konsentrasi dalam pelajaran aku lupa segalanya yang ada dalam
pikiranku hanyalah dia. Kadang aku sering juga mencari perhatian dia dengan
hal-hal konyol yang aku lakukan, aku sering berhayal bahwa dia miliku, dan dia
hanya untuku. Hal yang aku sesali pada saat itu adalah kenapa aku tidak
terusterang saja padanya bahwa aku mencintainya, pasti hal ini taakan terjadi.
Kebahagiaan
itu hancur ketika aku tau dan aku sadar yang sebenarnya bahwa dia tidak ada
perasaan apapun kepada ku, aku marah kepada diriku sendiri, aku benci semua orang,
aku iri pada orang yang bahagia, aku terus menyalahkan diriku sendiri, terhadap
apa yang terjadi saat ini aku benci diriku sendiri! Setelah kejadian itu aku
sering menangis pada malam hari, disekolah aku sering termenung dan meneteskan
airmata kesedihan, kenapa aku bodoh jatuh cinta kepada orang yang salah,
memberikan perasaanku kepada orang yang salah. Semakin lama hal itu terjadi
bukanya bangkit tapi aku malah tenggelam dalam kesedihan, terpuruk dalam cinta,
aku tidak sadar berapa lama waktu yang aku tinggalkan, berapa kisah yang aku
tinggalkan, berapa peristiwa yang aku tinggalkan, aku tidak mempedulikan semua
hal yang ada disekitarku. Aku benar benar terpuruk dalam peraaan ini akhirnya
aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku sendiri…….!
Terbangunlah
Alia dari mimpi buruknya yang sangat menyeramkan dan menyedihkan itu, Alia
mengambil segelas air putih dari samping meja tidurnya lalu meminum air itu
sambil berusaha menenangkan diri, Alia sangat ketakutan dia taku hal itu akan
terjadi padanya. Alia takut jika dia tidak mengatakan perasannya dia aka
berakhir tragis seperti wanita yang ada didalam mimpinya. Dia sadar bahwa apa yang dia lakukan selama ini
sangatlah salah besar, perasaan yang dia sembunyikan selama ini dari lelaki
yang sangat dia cintai dari semenjak masuk SMA sampai sekarang. Akhirnya Alia
memutuskaan akan memberitahu kepada Wildhan lelaki yang dia cintai itu bahwa
dia mencintainya, dia mnyayanginya, dia takut kehilangan Wildhan.
Malam
itu pun berlalu, kicawan burung-burung menyanyi dengan indah menyambut hari
yang cerah. Alia melangkahkan kakinya berjalan untuk ke Sekolah, dia menyusun
keberanian untuk mengatakan sesuatu kepada Wildhan. Alia belajar pada jam
pertama tidak konsentrasi dia terus gelisah memikirkan bagaimana memulai
penbicaraan kepada Wildhan, dia masih merasa ketakutan. Waktu istirahat pun
tiba Alia berjalan menghampiri Wildhan yang sedang duduk sendiri dikantin.
Dengan langkah perlahan, dan perasaan yang kacau karena rasa malu Alia mulai
menceritakan semua perasaan yang dia rasakan selama ini kepada Wildhan, Wildhan
pun tersenyum memandang wajah Alia yang memerah karena merasa malu, Alia
bertanya-tanya dalam hatinya apa yang sedang Wildhan pikirkan setelah dia
menceritakan perasaanya. Wildhan tersenyum sambil memandangi wajah Alia yang
merah karena merasa malu, dia berkata dia juga mencintainya sama seperti Alia
mencintai dirinya, mereka berpelukan meluapkan perasaan kasihsayang yng selama
ini mereka tahan.
Kisah
ini pun berakhir dengan indah Alia dan Wildhan akhirnya resmi berpacaran tanpa
harus ada yang dikhawatirkan, perasaan ketakutan yang selama ini Alia rasakan
ternyata salah besar, jika saja Alia jujur terhadap dirinya perasaan dia pasti
tidak akan merasakan perang batin yang sangat besar bahwa cintanya bertepuk
sebelah tangan.