Disuatu hari yang sangat cerah disebuah taman kota aku
sedang berjalan melihat lihat apa yang ada ditaman ini, kemudian ada seorang pria gagah yang mengahapiri
diriku, aku sungguh tak ingat dirinya mungkin aku lupa. “hai” sambil menepuk
pundakku dari sebelah kanan “hai,kamu siapa?” aku tercengang kebingungan “saya
Rahman, apakah kamu sudah lupa?” aku mengingatnya kembali tapi sungguh aku tak
ingat dia sama sekali “aku benar-benar lupa siapa dirimu, apakah kamu pernah
mengenalku lebih jauh?” “oh iya tentu saya sangat mengenalmu, kita pernah
menjalin persahabatan baik, lalu kita menjalin sebuah hubungan kasih berdua
Ferda” “oh benarkah tapi kenapa saya tak ingat kamu sama sekali” aku tercengang
memikirkan apa yang ia bicarakan “sudahlah jika kamu tak ingat tidak masalah”
“ia Rahman, maafkan saya” lalu kita meneruskan berjalan sambil mengobrol.
Ya hari sudah
menjelang pukul 5 sore, aku tidak pernah pulang se sore ini karena ibuku ya
ibuku, ia selalu mendidikku dengan tegas, ia tokoh utama yang selalu
mensuportku, ia selalu menjadi nomor satu dihidupku, ia selalu jadi ibu
terbaik, bahkan sahabat terbaikku. Aku lalu berpamitan pada Rahman “aku pamit pulang
dulu yaa Rahman, kapan kapan kita ngobrol lagi” “iya hati hati” lalu aku ke
parkiran motor dan aku membawa motor itu.
***
Aku
bergegas bersalaman kepada ibuku sepulang sekolah itu telah menjadi suatu etika
bahkan wajib bagiku, kemudian saya mandi. “Ka, cepat makan” ibuku menyuruhku
makan “iya Mah”
Sesudah makan aku duduk di atas kasur kamarku aku
teringat pria yang tadi mengahampiriku di Taman Kota, kenapa aku benar-benar
tak ingat dia padahal mengenalku jauh bahkan hampir tau segalanya tentang
kebiasaanku. Aku terus mengingat-ngingat ia yah dan aku tau aku harus bertanya
pada siapa “ya aku harus bertanya pada Mamah karena Mamah pasti tau segalanya
tentangku” aku berlari ke luar kamar lalu mengahampiri Mamahku, “Mah aku ingin
bertanya apakah aku pernah menceritakan atau pernah dekat dengan seoran
laki-laki berusia 17 tahun yang bernama Rahman?” aku bertanya dengan penuh
optimis pada Ibu bahwa ibu akan tau siapa Rahman itu, “jawab Mah” Ibu lama
sekali menjawab pertanyaanku “Mamah tidak tahu” Aku heran mengapa Mamah
menjawabnya begitu gugup “oh iya mah jika mamah tidak tahu tapi kenapa laki
laki itu bisa tahu aku dan segala kebiasaanku, padahal aku tak sedikitpun ingat
tentang dirinya” aku memberi pernyataan pada ibuku, namun ibu malah pergi
membereskan dapur, “ya sudahlah, aku akan bertanya pada siapa lagi? Aku heran
sekali mengapa Mamah bisa segugup itu atau Mamah menyembunyikan sesuatu
dariku?, ah sudahlah jangan su’udzon pada Mamah sendiri” lalu aku masuk kamar
dan sholat magribh.
***
Aku benar benar terus kepikiran laki-laki itu, ia
siapa, dan apakah benar ia pernah dekat sekali denganku, aku harus bertanya
pada siapa lagi yang kemungkinan besar ia tau siapa Rahman itu, aku terus
berpikir dan akhirnya terlintas daam pikiranku untuk bertanya pada teman
sekelasku yang dekat sekali denganku ya. “sudahlah besok aku tanyakan pada Lani
semoga saja ia tahu siapa rahman itu” aku tertidur.
***
Adzan subuh berkumandang, aku bergegas bangun dan
sholat, manyapu, mengepel, mencuci itulah kebiasaanku sebelum ke sekolah. Waktu
menunjukan jam 6 pagi, aku harus bergegas mandi jika tidak aku bakalah
kesiangan karna jarak dari rumahku ke sekolah sangat jauh sekitar 16 km. Aku
bersalaman pada ibuku, aku selalu berangkat bersama adikku yang ia juga sekolah
di SD yang lumayan jauh jarak rumahnya. “Assalamu’alaikum” “wa’alaikumsalam”
Sesampai di Sekolahku aku menunggu seseorang yang akan
ku tanyakan tentang laki-laki yang kemarin menghampiriku di Taman kota. Tidak
lama kemudian Lani datang, “hai Lani aku ingin bertanya sesuatu padamu” Lani
menyimpan tasnya lalu aku duduk disebelah Lani “apa? Ceritakan saja Fer!” “Apakah benar aku pernah dekat dengan
seorang laki-laki yang bernama Rahman” Aku bertanya dengan penuh harap bahwa
Lani tahu tentang hal ini, “jawab dong Lani” aku sudah tak sabar menunggu
jawabannnya “e e e e e” “e apa Lani?”
kenapa Lani gugup yaaa “Aku tidak
tahu” jawab lani sambil mengeluarkan buku, karna sudah ada Guru masuk ke kelas.
Aku pergi ke bangku k, dan mengeluarkan buku tapi aku masih kepikiran mengapa
semuanya saat ditanya tentang laki-laki itu selalu terlihat gugup dan terlihat
ada yang disembunyikan dari aku. Tak terasa bel istirahat pun berbunyi.
Kebiasaan kami sekelompok ya, jajan ke Kantin saat
istirahat dan kami selalu bercerita tentang segala hal saat waktu luang, dan
aku semakin kepikiran kenapa mereka tidak tahu tentang laki-laki itu, padahal
jika benar laki-laki itu pernah dekat denganku pasti teman-temanku akan tahu
siapa laki-laki itu, karena kami selalu menceritakan segala hal disini dari
mulai masalah keluarga dan masalah lainnya.
***
Sepulang sekolah aku duduk di atas
kasur lalu selintas terpikir tentang pria itu, kemudaian aku menghampiri ibu
“Mamah jujur apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa semuanya tampak aneh ketika
ditanya tentang Rahman?” Ibu termenung sendiri lalu tak lama kemudian ia
menjawab “memang Mamah harus memberitahumu tentang hal ini Nak, meskipun ini
berat maafkan Mamah, karena lama-lama kamu juga akan mengetahuinya mamah pernah membawamu ke seseorang yang bisa
mengobatimu karena 1 tahun yang lalu kamu pernah menjalin kasih dengan seorang
pria yang mapan yang sangat menyayangimu, namun ia kamu tinggalkan karena kamu
memilih seorang pria yang bernama Rahman itu yang kemudian Rahman hanya
memanfaatkanmu dan menyakitimu saja Nak, tetapi kamu sangat mencintai dan
menyayanginya. Setelah Rahman meninggalkanmu kamu tak pernah seharipun lupa
padanya, bahkan kamu selalu menangis setiap menit bahkan setiap detik karenanya
sampai-sampai kamu jatuh sakit, maka dari itu mamah membawamu ke seseorang yang
bisa mengobatimu, yang salah satu caranya adalah mencuci otakmu sehingga kamu
akan lupa apa yang kamu alami tentang Rahman Nak, maafkan ibumu ini Nak” Aku
hanya tercengang mendengarkan cerita dari ibu, aku tak terlintas terpikir
sedikitpun tentang hal yang dilakukan aku dan ibuku itu aku kemudian menangis “Lalu kenapa jika
ia telah menyakitiku mengapa ia kemarin menyapaku dan membuatku tertawa dan
bahagia Mah?”
“Memang benar ia selalu membuatmu bahagia dan tertwa
namun ia memberikan segala pahit di akhirnya Nak” “mengapa Mamah melakukan hal itu?” “karena Mamah tahu mana yang terbaik
bagimu Nak, karena Mamah tak ingin melihatmu menangis karena pria itu karena
Mamah menyayangimu” “Tapi aku tak
percaya mah, ini semua terjadi dan semua tentang dirinya terhapus dan tak dapat
aku ingat” “Maafkan Mamah Nak mamah
lakukan ini karena mamah menyayangimu”
“baiklah Mah aku mengerti hal itu” lalu kami berpelukan saling salaman.
***
Sore
selanjutnya aku pergi ke Taman dan dihati berdoa semoga dapat bertemu dengan
Rahman aku ingin benar benar menanyakan hal ini. Dan benar saja Rahman ada di
Taman itu dan aku bercengkrama dengannya ternyata ia hanya ingin meminta maaf
kepadaku karena ia telah menyesal telah menyakitiku…….