Hari
demi hari telah berlalu, tak terasa sudahh empat bulan aku menjomblo. Meskipun masih ada sekelebat bayangan
saat aku masih bersama Sami mantan pacarku. Semakin hari aku semakin terbiasa menikmati kesendirianku ditemani
keempat sahabatku, Lensi, Tari, Jeni dan Naura. aku, Tari dan Lensi aktif di
OSIS dan ekstra Pramuka. Waktu
perkemahan masa tamu untuk calon adik kelasku. kami menjadi panitia acara Permata yang
berlangsung selama 3 hari tersebut. sebelumnya kami harus menginap untuk
mempersiapkan dan mengumpulkan persyaratan peserta.
Malam
telah tiba, udara terasa menusuk tulang. “ Sini, biar aku yang bawa telur ini!’’
kata sesosok lelaki yang bertubuh
tegap dan kekar itu. “Gak
usah, aku masih kuat ko ngangkat telur- telur ini!” Tolakku sembari tetap berusaha mengangkat
telur yang terkumpul dalam
ember itu. “ ah sok kuat lo, sini anak kecil!”
paksanya. “ ya udah ini tangkap” ucapku sambil melemparkan sebutir telur
“CRAATTT” telur membludak membentur kepala laki laki nyebelin itu. “ eh dasar
anak kecil, awas lo!” bentaknya marah dan mengejarku. “wleee” aku berlari dan
dan menjulurkan lidah. namun,pada akhirya telur busuk pun mengenai kepalaku,
aku mencoba membalas tapi kakak senior memergoki kami, dengan marah dia menyuruh
kami membersihkan telur tersebut.
Pagi
yang cerah, mentari tak malu lagi menyambutku dengan belaian hangatnya. Peserta mulai menaiki truk truk yang
telah berjejer dan siap mengantar kami ke Brigif tempat PERMATA dilaksanakan. Dengan kekuatan ekstra truk-truk tersebut mengantarkan kami. Tenda-tenda peserta mulai didirikan, aku pun
membantu adik dampinganku untuk mendirikan tenda. Dengan gesit aku berlari membawa tambang untuk menguatkan tenda. “Kamu?! Kenapa harus kamu lagi sih?, ini
tambangku!” ucapku dengan
nada tinggi. “Apaan?
Aku duluan yang pegang tambang ini! jadi
ini milikku, dasar anak kecil” jawabnya tak mau kalah. Tarik tambang yang tidak
diinginkan pun terjadi. “cieeeee” serempak adik dampinganku berteriak. Dia melepaskan tarikannya danaku terjatuh
mengenai tumpukan batu besar. “ aww..” teriakku
kesakitan, “ya ampun, maaf” katanya sembari mengulurkan tangannya. “gak usah,
aku bisa sendiri” aku mencoba bangun, tapi sial, kakiku sakit sekali. Dia cemas dan membawaku ke tenda darurat. “maaf ya de” katanya dengan
wajah memelas, tergambar diwajahnya rasa bersalah. Aku memandangnya sinis. “tenang aja de,
aku akan tungguin kamu disini” katanya sambil membereskan tambang yang
acak-acakan. Aku tak banyak merespon, tetapi aku menerima bantuan lelaki yang kusebut
ikan teri itu. Tak
lama, aku berajak untuk melihat keadaan adik dampinganku tentunya dengan bantuan
si ikan teri itu.
“ternyata
si ikan teri itu baik juga Len, meskipun suka nyebelin” ucapku setelah beberapa
hari permata berlalu. “ciee, emang ya ryn kalo aku lihat kamu sama dia becanda,
cocooook banget kaya ada kemistri yang gimanaa
gitu” celetuk Lensi membuat pipiku memerah. “apaan sih Len, aku… aku gak mau
ngarep” jawabku singkat.
Satu bulan berlalu tak terasa. Aku merasakan gejolak aneh dalam diriku,
yang selalu ku tepis. Aku
akui seprtinya aku rindu dia. Aku
jarang bertemu dia, karena sibuk pengibaran
karena dia anggota paskibra. Suatu
hari aku berpapasan dengannya, “hey de. apa kabar” ucapnya sembari meraih
tanganku untuk bersalaman. Sontak jantungku melonjak naik, tetapi aku
berusaha bersikap seprti biasanya, “eh ikan teri, baik dong, kangen yaa!”
jawabku geli. “ iya dee, akang kangen” jawabnya sembari tak lepas memandangiku.
aku tersipu malu dan bergegas pergi ke kelas karena bel telah berbunyi.
Mentari
mulai bersembunyi, senja datang menghiasi. Aku senang, tetapi aku coba menepis bayang dia yang tak pernah hilang. Langit mendung mendorongku untuk segera
pulang. aku naik bis, lamunanku pergi melayang-layang. Dalam anganku, aku membayangkan si ikan
teri yang mempunyani nama lengkap Eri Zurkanain. Dunia fantasiku mulai bermain mulai bermain
seiring laju roda bis. Aku
suka pemandangan, kebetualan aku duduk dekat jendela. “Ya Alloh, itu kan akang
Eri’’ ucapku lirih. Ku
lihat orang wanita yang tak jauh seumuran denganku duduk bersebelahan dengan
nya. Sontak hatiku
digoncang, buturan embun dipelupuk mataku mulai berjatuhan membasahi pipi. “Aku tak berharap” ucapku dalam hati.
Beberapa bulan berlalu, Eri terus
menghubungiku. Aku
tak banyak merespon. pada akhirnya dia datang padaku dan berkata : ”jujur semenjak aku bertemu denganmu,
bercanda denganmu aku selalu memikirkanmu, merindukanmu dan mengagumimu dalam
diam. Aku mencintaimu”
ucapnya sembari berusaha meraih tanganku. “maaf” ku lepaskan genggamannya,
“sebenarnya aku tidak mau pacaran, aku trauma” ucapku lirih. “Aku janji ko, aku gak akan lukai kamu de,
plis beri aku kesempatan. jika kamu menerima, terimalah ini” katanya menyodorkan bunga mawar, pink dan coklat. aku bingung, “ ya
sudah, aku beri kamu kesempatan” jawabku sembari tersenyum malu-malu.
Hari-hari
baru ku jalani bersamanya. terkadang aku bertanya “benarkah aku mencintainya?”
aku bingung dengan
perasaanku sendiri. Terkadang
aku lupa kalau aku punya pacar. “TRUING” suara bbm mengacaukan lamunanku.
*selamat pagi sayang, semangat belajar
(pesan). dilubuk hatiku aku bahagia bercampur malu. Aku tidak biasa dengan perlakuan seperti itu. Aku hanya membalasnya singkat. waktu
berjalan cepat, aku semakin terbiasa dengan kata kata penyemangat darinya. Dia pengertian dan perhatian sekali
padaku, dan aku pun begitu.
Sebulan
berlalu aku dan dia semaki dekat. Namun,
ada yang berbeda dengan Eri, tak lagi ada status penyemangat darinya, dia
jarang ngontek. Aku
merasa kehilangan dia, disaat aku benar-benar
menyayanginya. Dia
berubah dan tidak menghubungiku lagi, aku pun jarang beertemunya di sekolah,
aku tetap mencoba mengerti dan tetap selalu pengertian sama dia. Aku menangis dipelukan sahabatku, “ ryn,
udah jangan cengeng gitu dong, kan kamu udah gede” kata Lensi membelai
rambutku, “iya dong tomat, kamu jangan nangis” ucap
Tari menimpali. sontak ku hapus air mata “ I’m be strong” ucapku sembari
tersenyum.
Sinar
mentari menyambut dan membelaiku. Sebagai
aktivis, aku mewakili sekolahku untuk mengikuti sminar Anti Narkoba. *Morning sayang. Kulihat chat di mesanger, aku bahagia dan membalasnya menyemangatinya
untuk belajar. Namun,
tak ada balasan lagi.
Matahari termuram, langit gelap tanpa indahnya senja.
Eri mengantarku pulang, kami berbincang- bincang seperti biasanya. Setelah sampai didepan rumahku, aku
berkata padanya “sayang
makasih ya, jangan lupa shalat, jangan telat makan, jangan kurang istirahat ya
sayang. semangat selalu ya bapa TNI AU” ucapku sembari tersenyum manja. Dia hanya tersenyum.
Udara
malam membelaiku sampai mengigil, ku buka messangerku *de, maaf ya, bukan akang tak
sayang kamu lagi, sepertinya hubungan kita cukup sampai disini. Aku
takut lebih menyakitimu jika
kamu terus bersamaku, aku
tak bisa perhatian ke kamu, maaf karena aku belum bisa membahgiakanmu, akang
tau, kamu wanita yang baik, cantik dan solehah,
pasti mendapatkan
lelaki yang lebih dari akang. Itu
pasti, love you de J. tak terasa butiran bening mulai
membasai pipiku.
*Akang, aku telah
menyayangimu, akang gak pernah nyakiti Ryn, Ryn gak mau pisah sma akang. Ryn
gak pernah ngerasa
akang menyakiti Ryn. tanpa ada balasan lagi darinya, kisah cintaku telah
kandas. Hatiku
tersayat-sayat, bumi seakan menghimpitku, sesak dijiwaku semakin menjadi. Aku menangis tak kuasa, sampai tertidur. “Nak, jangan
sedih, skenario Alloh SWT lebih
indah. Ingatlah sayang semua hanya titipan, tak seepantasnya kamu bersedih
hati. Laa tahzan sayang, Alloh SWT selalu bersamamu, percayalah Alloh SWT telah menyiapkan pendamping terbaik
untukmu yang akan tulus menyayangimu”. Seorang
wanita cantik berbaju serba putih tersenyum dan memelukku, “ Ibuu… Ryn sayang ibu” dia ibuku yang
telah lama meninggalkanku. Aku
terbangun dari tidurku, aku bermimpi bertemu
ibu, yang sudah lama pergi. Kini,
tak ada lagi rasa sedih dihati,
yang ada rasa syukur karena masih ada
keluargaku dan keempat sahabatku yang tulus menyayangiku dan kadang membuli ku,
tapi aku bahagia bersama mereka, walau tak da lagi Eri dalam hidupku.
Beberapa
minggu kemudia, Eri meminta maaf padaku dia merasa sangat menyesal dan
mengajakku balikan. Aku
telah memaafkannya, tetapi
tidak untuk kembali menjalin hubungan dengannya.