Namaku
Indah, terlahir dari seorang wanita hebat yang bernama Nina yang berjuang
sendiri untuk menghidupi putrinya dimulai dari terbit hingga terbenamnya bola
raksasa yang membuat terang dunia ini. Bekerja keras seorang diri demi
kebahagiaan sang putri, dan aku adalah anak satu-satunya yang masih menempuh
pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan.
Rembulan
tampak menghilang ditelan langit matahari pun muncul memancarkan sinarnya,
suara kicauan burung terdengar merdu ditelinga membuat semangat dalam menjalani
hidup ini.
“Bangun
nak sudah pagi, saatnya kamu bersiap-siap untuk sekolah!” kata ibu yang mencoba
membangunkanku
“Iya
bu, indah sudah bangun kok, indah sedang membereskan tempat tidur dulu agar
tidak berantakan” jawabku kepada ibu
“Baguslah
nak jika kamu sudah bangun, setelah selesai membereskan tempat tidur lanjut
sholat subuh lalu mandi ya?” kata ibu memberitahuku
“Iya
siap Ibuku yang cantik” jawabku kepada ibu
Setelah
aku selesai membereskan kamar tidur, mandi, dan sarapan pagi aku bergegas
sekolah dan tidak lupa aku berpamitan kepada ibu.
“Bu,
Indah berangkat sekolah dulu ya? Ibu jaga diri baik-baik dirumah jangan sampai
telat makan aku gak mau lihat ibu sakit” ucapanku kepada ibu sebelum berangkat
sekolah
“Iya
sayang ibu gak bakalan lupa, hati-hati dijalannya ya” jawab ibu
“Iya
ibu, Assalamualaikum”
“Wa’alaikum
salam”
Sesampainya
disekolah aku disambut baik oleh teman-teman dengan memberi gurauan dan
senyuman manis dipagi hari yang itu semua membuatku menjadi semangat dalam
melakukan aktivitas.
“Selamat
pagi Ndah?” Sapa Rani kepadaku
“Pagi
kembali Rani” jawabku pada Rani
“Hari
ini kamu berangkat ke sekolah dengan siapa?” Tanya Rani
“Hihi
seperti biasanya aku berangkat sekolah sendiri, karena ibu sibuk membereskan
rumah dan menyiapkan dagangannya” jawabku
“Oh
iya iya deh kalo begitu” kata Rani
“Kalo
kamu berangkat sekolah dengan siapa Ran?” tanyaku kepada Rani
“Hari
ini aku diantar sekolah oleh ayah Ndah. Ya kebetulan ayahku saat ini sedang
libur bekerja” jawab Rani
Saat
Rani menyebut kata Ayah disana hatiku mulai merasa sedih dan mengingat ayahku
yang sekarang entah dimana keberadaannya.
“Hmm
andai aku sepertimu, ingin sekali diantar sekolah oleh ayah” ucapku kepada Rani
“Maafkan
aku Ndah karena aku telah membuat kamu sedih dan membuatmu teringat akan ayahmu
yang sekarang entah dimana” ucap Rani
“Hihi
iya Rani kamu gak perlu minta maaf karena kamu gak salah, ini cuma akunya saja
yang bawa perasaan” jawabku kepada Rani
“Sudah
sudah kamu jangan bersedih ini kan masih pagi, lagipula kamu masih punya ibu
dan aku yang selalu menyayangimu” ucap Rani yang mencoba membuatku tersenyum
kembali
“Iya
Ran aku gak sedih kok, pastilah karena Ibu adalah satu-satunya malaikat dan
wanita terhebatku, makasih ya Ran kamu udah mau menjadi sahabat baikku” jawabku
kepada Rani
“Iya
Ndah sama-sama” jawab Rani
Waktu
belajarpun telah habis saatnya aku dan teman-teman untuk bergegas pulang ke
rumah.
“Assalamualaikum
bu”
“Wa’alaikum
salam, eh anak ibu udah pulang” jawab ibu
“Iya
bu, untuk kegiatan disekolah hari ini cukup membuatku lelah” ucapku kepada ibu
“Hm
wajar nak semua itu merupakan perjuanganmu untuk mejadi orang yang sukses dan
mencapai semua cita-cita keinginanmu” kata ibu
“Iya
bu, bu boleh Indah bertanya?”
“Boleh
nak, mau bertanya apa?” jawab ibu
“Indah
mau bertanya saat ini ayah berada dimana? Apakah ayah ingat kepada Indah?”
tanyaku kepada ibu
“Hm
ibu kira Indah mau bertanya apa, soal itu ibu kurang tahu pastinya ayahmu
merindukan anaknya” jawab ibu dengan ekspresi yang sedih
“Jika
benar aya merindukanku mengapa ayah sampai saat ini tidak pernah memberi kabar
kepadaku , mengapa ayah tidak menafkahi indah dan ibu, mengapa ayah tidak
pernah pulang dan mencoba untuk bertemu dengan indah?” ucapku kepada Ibu sambil
menangis
“Sabar
ya nak mungkin ayahmu sedang sibuk hingga tidak ada waktu untuk memberi kabar
dan bertemu dengan kita” jawab ibu
mencoba untuk menenangkanku
“Semua
itu omong kosong itu hanya ucapan ibu saja yang mencoba membuatku agar tidak
sedih dan tidak mengingat ayah, aku iri dengan teman-temanku yang sekolah
diantar oleh ayah kemana-mana selalu bareng ayah dan ibuhnya, aku iri bu aku
rindu semua itu” jawabku sedikit membentak
“Sabar
Nak, mungkin ini semua sudah menjadi takdir kita, yang penting sekarang Indah
masih ada ibu yang berjuang sendiri untuk menyekolahkan Indah, sekarang Indah
buktikan saja kepada ayah bahwa Indah bisa hidup tanpanya, Indah bisa menjadi
orang yang sukses tanpa bantuan darinya” ucap ibu kepadaku
“Iya
bu indah terima takdir tuhan ini, indah akan membuktikan kepada ayah baha indah
bisa menjadi orang yang sukses tanpa campur tangnnya, dan indah akan
membahagiakan ibu.” jawabku kepada ibu
“Bagus
nak itu baru malaikat kecil ibu yang sabar dan kuat”
“Maafkan
Indah bu telah bertanya seperti itu kepada ibu sehingga membuat ibu sedih dan
menangis”
“Iya
nak tidak apa-apa ibu mengerti kok”
Disitu
aku membuat ibu tersenyum agar ibu tidak merasa sedih dengan apa yang aku tanya
dan ucapkan kepadanya. Padahal hati ini ingin sekali menangis menjerit
sekencang mungkin.
Hari
mulai gelap, kini rembulan muncul kembali memancarkan sinarnya. Diri ini
merenung dan hati menangis seakan-akan berkata “Tuhan mengapa hidupku berbeda
dengan orang lain, mengapa kau menakdirkanku hidup seperti ini hidup tanpa
kasih sayang seorang ayah, aku merasa kasihan melihat ibuku yang berjuang
seorang diri menjagaku, menghidupiku, dan selalu membuatku bahagia.” Dan
mencoba memberi pesan kepada yang diatas “Tuhan jika kau sayang padaku tolong
pertemukanlah aku dengan ayahku sekali saja, aku ingin memeluknya aku ingin
bergurau bersamanya, ingin merasakan kasih sayangnya walaupun hanya sebentar.
Tuhan bisikan padanya aku sangat merindukannya.”