Siapa orang yang
paling kamu cintai? Siapa orang yang paling kamu sayangi? Siapa orang yang
selalu ada untukmu? Siapa orang yang selalu berusaha membahagiakanmu tanpa
pamrih? Siapa yang selalu membelamu disaat semua orang menyalahkanmu?
Jika semua
pertanyaan itu tertuju padaku, maka aku akan menjawabnya “ ialah IBU”.
Orang yang
selalu menjaga, merawat, menyayangiku dengan penuh cinta. Maka jika kau tanya
apa hal yang paling aku inginkan, tidaklah hanya ingin melihatnya tersenyum
menatap kesuksesanku.
***
“ sayang...
bangun nak... sudah pagi... kamu harus sekolah nak..” ucap seseorang
membangunkanku dari alam mimpi.
“ mama...” aku
peluk dia erat, tanpa terasa cairan bening keluar dari pelupuk mataku.
“ iya sayang..
mama ada disini untukmu nak.. jangan nangis.. kita harus kuat.. kamu harus bisa
menjadi wanita hebat..” ucap ibuku lirih.
“ mama... kenapa
dia jahat ma?? Kenapa dia ninggalin kita? Aku beci dia ma... aku benci dia!!!”
ucapku berapi-api.
“ sudahlah nak
walau bagaimanapu dia tetap ayahmu! Darahnya mengalir di tubuhmu! Kamu tetap
harus menghormatinya! Kau bisa menjadi anak durhaka jika membencinya” ucap
ibuku menasehatiku.
“ tapi dia tidak
pantas dihormati! Dia tidak pantas disayangi! Dia terlalu hina! Dia terlalu
kotor! Dia terlalu keji! Dia bukan ayahku!!!!”.
Seperti itulah
satu tahun silam keadaan hidupku. Keluargaku seperti kapal-kapal yang porak
poranda dihantam badai. Bukan!!! Tapi lebih hancur dari itu!!. Ibuku memang
tidak pernah mengajarkanku menaruh dendam kepada seseorang. Namun biarlah untuk
saat ini aku menyangkalnya. Bukan karena aku sudah tak lagi menghormatinya.
Tapi hati ini!! Hati ini sudah tak jelas wujudnya untuk menerima tindakan
kejinya dengan semudah membalikan telapak tangan.
Siapa orang yang
aku benci itu?? Siapa orang yang menjadikanku sebagai seseorang yang pendendam
itu?? Dia!!!! AYAHKU!!!!!
Cuihhhh...
bukan!! Dia bukan ayahku!! Ia hanya bajingan keparat!! Dia penebah tak
bermoral!! Dia PECUNDANG!!!”
***
Aku mengerjapkan
mata saat terbebas dari mimpiku. Rupanya malam sudah berlalu tergantikan dengan
sinar mentari yang menyilaukan penglihatanku.
“ pagi ma... “
ucapku dari belakang tubuhnya dan langsung memeluknya erat.
“ sayang... kamu
sudah bangun rupanya..” ucap ibuku
“ hmmm tumben
mama masaknya banyak?? Makanan kesukanaan papa lagi semuanya?? Ada apa ma? Mm..
mama kangen papa ya??” ucapku menggodanya
“ papa mu mau
pulang sayang... dia tidak pulang sendirian tapi bersama adik bosnya.. jadi
mama masaknya banyak” ucap ibuku menjelaskannya.
“ oh gitu...
pantas saja..” ucapku.
“jadi papa mau
pulang ma?? Asiiikkk aku dapat mainan baru dong...” ucap Aldi yang muncul
tiba-tiba.
“ iya sayang...
pasti dong papa kan sayang kamu nak..” ucap ibuku lembut.
Tokk.. tokk..
tokk..
Suara pintu
diketuk pertanda ada seseorang mengunjungi rumahku.
“ biar aku saja
yang buka pintunya ma..” ucapku.
“yasudah.. gih
cepat.. jangan biarkan tamu menunggu lama”
Aku pun segera
mendekati pintu untuk membukanya.
“ papa. Mama....
papa pulang” ucapku berteriak.
Ibu dan adikku
pun segera menghampiriku. Sumringah dari wajah kami pudar saat melihat di
belakang ayahku ada seorang wanita ayang terpatut 10 tahun lebih tua dari
ibuku.
“ si...” belum
selesai aku bicara, mama lebih dulu mempersilahkan masuk papa dan dia.
Entah ini
perasaanku saja atau bukan, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari ayahku.
“ pa... ayo kita
makan dulu.. kalian pasti cape.. aku sudah buatkan makanan untuk kalian..”
“ yasudah..
ayo..” ucap ayahku. Bukan mengajak mama! Bukan mengajak aku ataupun adikku!
Melainkan dia!! Yang bukan siapa-siapa disini.
“ ayo silahkan
mbak.. jangan sungkan anggap saja rumah sendiri” ucap ibuku yang hanya ia respon dengan anggukan kepala.
“yasudah kami
tinggal dulu... selamat menikmati” ucap ia sadari kata-kata itu biasanya
diucapkan oleh seorang pelayang restoran setelah mengantar pesanannya. Dikira
ini rumah makan apa????
Singkat waktu..
acara dinner palsu itu pun usai. Dia memutuskan menginap di rumah kami.
Meskipun aku tak sampai hati menerima ada wanita lain yang tinggal serumah
dengan kami yang statusnya bukan keluarga kami. Namun,, apa boleh buat??
Esok harinya aku
terbangun katena suara-suara gaduh yang timbul dari ruang tengah. Aku tak
langsung menghampirinya melainkan mengupingnya dibalik pintu.
“ dia bukan adik
bos! Dia kekasihku dan aku mencinntainya begitupun dengan dia!!” ucap ayahku
dengan jelas.
Bagai disambar
petir di siang hari.. lututku lemas menopang badanku... tubuhku lunglai sampai
akhirnya aku terjatuh bersimpuh pada tembok yang dingin sedingin hatiku saat
itu.
“ jadi kau
menyuruhku menyiapkan makanan, membereskan ruang tamu, menyiapkan semua ini
hanya untuk menyambut kedatanganmu bersama kekasihmu itu??dianggap apa aku
ini?? Kau tahu?? Lebih terhormat pencuri yang rela melakukan hal terlarang
untuk menafkahi anak istrinya dari pada perbutan kejimu!! Membawa selingkuhan
ke rumah yag jelas-jelas berpenghuni anak dan istrimu. Dimana akalmu?? Dimana
hatimu?? Jawab aku!!!!”
“ sudah aku
bilang aku akan memilih bersamanya aku tak ingin lagi kau dan anak-anak! Aku akan pergi bersamanya! Karena aku dan dia
saling mencintai! Jadi jangan harap aku akan kembali pada kalian!!!!”’
“ kau bilang apa
barusan?? Kau sudah gila kah? Kau lebih dia dari pada darah dagingmu
sendiri yang masih membutuhkan kasih
sayangmu?? Kejam!! Tega kau!!! DASAR BAJINGANNNNN!!!!”
PLAKKKK!!!!!
Sebuah tamparan lolos di pipi ibuku yang basah karena air mata. Aku sudah tak
tahan lagi aku tidak bisa diam melihat ibuku seperti ini..
“CUKUPPP!!!!”
satu kata pertama yang keluar dari lisanku.
“dengnar aku!!
Jika kau memang ingin pergi bersamanya silahkan!! Tapi ingat baik-baik!! Jangan
ganggu hidup kami lagi! Kami bisa jauh lebih bahagia tanpamu! Dan satu lagi,
aku dan adikku tidak pernah memiliki ayah sepertimu!! Ayah kami sudah mati!!!!”
“ Meira....
Aldi... sini nak peluk mama..” ucap ibuku.
Kami berhambur
kepelukannya.
“ jangan
menangis ma.. kami sayang kamu....” ucapku.
“ mama tidak
menangis sayang... mama akan kuat untukmu... untuk kalian... kebahagiaan
kalianlah yang menjadi semangat hidup mama saat ini.. mama sayang kalian”
ucapnya lirih.
Histori inilah
yang membuatku sangat menyayangi mama.. dia adalah segalanya bagiku.. dia lebih
dari apapun.. ia adalah mentari keduaku. Dia adalah mentariku yang selalu
menerima hujan yang justru melenyapkannya dari cakrawala. Ai berhati lembut.
Lebih lembut dari benang sutra. Aku bersyukur padamu tuhan!! Terima kasih ya
Allah kau telah memberiku ibu yang kuat.. yang tangguh.. yang lebih dari
sekedar sempurna. I love You Ma...