Hanya
dentingan sendok yang terdengar di pagi itu, Vira hanya memakan beberapa sendok
saja karen nafsu makannya lenyap entah kemana, mungkin karena jantungnya kambuh
semalam yang membuat ia merenung akan hidupnya. Namun tiba-tiba suara bel
berbunyi, Vira langsung beranjak dari kursi dan segera menuju pintu depan.
“Danil,
ayo berangkat” ucapan Vira diangguki oleh Danil dan berjalan menuju sepeda
motor dengan tangan saling bertautan.
Waktu menunjukan pukul 12.30 yang
seharusnya menjadi waktu dimana Danil dan Vira makan siang bersama di
kafetaria, namun karen tugas skripsi yang terasa mencekik, Vira dan Lulu harus
merelakan waktunya untuk masuk ke Perpustakaan.
“Kemana
Vira, tumben biasanya dia akan bersamamu kalau jam istirahat seperti ini”.
Tanya Rangga kepada Danil di kafetaria kampus. “Dia sedang ke perpustakaan
bersama Lulu katanya ma-“ drrrt drrrt~ “Sebentar Ga. Halo sayang sudah makan
siang ?” Danil pergi kebelakang untuk berbicra dengan si penelepon, beberapa
saat ia kembali lagi ke kusrinya. “Dari Reva ?’ tanya Rangga dengan dingin.
Belum sempat Danil menjawab, Rangga melanjutkan pembicaraannya kembali “Mau
sampai kapan kamu menyakiti dua gadis itu, mereka pasti sakit hati jika mereka
tahu yang sebenarnya. Apalagi dengan kondisi jantungnya Vira, apa kau tidak
kasihan kepada Vira ?” ujar Rangga dengan nafas terengah karena menahan emosi.
“Aku mencintai keduanya Ga, aku tidak bisa melepas diantara mereka, keduanya
berarti untukku” jawab Danil lirih. “kalau kau mencintai keduanya seharusnya
kau bisa melepasnya, biarakan mereka bahagia dengan orang lain dari pada
bersamamu tapi kau bohongi. Setidaknya mereka bahagia tanpa dilingkupi
kebohongan”. Mendengar ucapan Rangga membuat rasa bersalahnya semakin menjalar,
dan ia hanya diam tanpa melanjutkan pembicaraan.
Menjelang hari jadinya yang ke-22
bulan bersama Danil, Vira berencana akan mengadakan sedikit kejutan.
“Danil
bisa tidak besok temani aku ke Rumah Sakit untuk membeli obat, obatku sudah mau
habis lalu kita makan siang di Kedai ibunya Lulu, bagaimana ?” pertanyaan Vira
sontak membuat Danil bingung bukan main, besok ia sudah ada janji dengan Vira
dan sekarang Vira ingin ditemani Danil dihari yang sama ‘aku harus memilih
siapa ya Tuhan ?’ batin Danil.
“Emm..
Vi bukannya aku tidak mau tapi besok aku sudah ada janji bersama Rangga untuk
mengerjakan skripsi bersama. Maafkan aku Vi”. Dan Danil menjawab dengan
kebohongan. “Oh begitu ya, yasudah tidak apa-apa. Besok aku bisa pergi bersama
Lulu, aku bukan pacar yang manja kau tahu”. Jawab Vira dengan senyuman namun
hatinya kecewa karena acara kejutan untuk hari jadinya bersama Danil harus
tertunda. Namun ia segera buang jauh-jauh kekecewaannya karena menurutnya masih
ada malam hari untuk melakukannya meskipun kecil kemungkinannya. ‘Vi aku
benar-benar minta maaf, aku mencintaimu Vi’ bicraa Danil dalam hatinya.
Minggu siang ini Vira dan Lulu
sedang berjalan menuju toko cake
setelah mereka dari Rumah Sakit. Mereka berjalan sambil tertawa lepas terlebih
Vira yang begitu antusias untuk acara nanti malamnya. Siluet wajah seorang
lelaki yang tak asing lagi dimatanya sedang berjalan dengan seorang gadis
dengan tawa yang tak lepas dari wajah mereka. Pancaran mata bahagia yang
melekat dimatanya kini berembun dan jika dalam satu kedipan embun itu akan
meluncurkan kristal bening yang membentuk aliran sungai di pipi lembutnya. Lulu
yang melihat perubahan raut wajah Vira segera melihat ke arah pandangan mata
Vira, dan matanya membulat setelah melihat apa yang ada didepannya. Sebelum
membawa Vira untuk berbelok arah, Vira sudah berjalan terlebih dahulu ke arah
dua anak adam itu dan Lulu mengikutinya dari belakang.
Diraihnya tangan lelaki itu dan
berucap “Danil siapa dia ?”. Terasa ada yang menarik tangannya, Danil menoleh
kebelakang, dan matanya membulat sempurna, jantungnya berpicu begitu kencang,
melihat siapa orang yang menarik tangannya itu. “Vi kenapa kamu ada disini ?”
Danil gelagapan bertanya kepada Vira. “Sayang dia siapa ? apa kamu kenal ?’
Reva membuka mulutnya dan bertanya kepada Danil. Mendengar ucapan ‘sayang’ dari
wanita yang bersama Danil, hati Vira berdenyut sakit dan jantungnya berdetak
lebih cepat, namun ia masih bisa mengontrol detak jantungnya untuk saat ini.
“Sayang
? apa maksud dari panggilan itru Danil ? jelaskan padaku ?!” Lidah danil terasa
kelu untuk mengucapakan kata-kata. “aku ? aku kekasih Danil, Reva. Maaf kamu
siapa ya ?”. Hancur sudah pertahan Vira, kakinya terasa seperti jeli dan
hatinya telah luluh lantah dan hancur porak poranda. “Vi, dengarkan aku, aku
akan jelaskan semuanya dan aku harap ka-“ “jelaskan apa lagi Danil ? semuanya
sudah jelas dari ucapan kekasihmu yang satu ini. Aahhh..dan apa ini alasannya kau tidak bias menemaniku
ke Rumah Sakit demi berkencan dengan pacar yang satunya lagi ?” Vira tersenyum
kecut “Seharusnya aku sadar sedari dulu, wanita penyakitanku tidak seharusnya
mengharapakan sebuah cinta. Dan inilah kisah dari seorang wanita penyakitan.
Terimaksih Danil ini kejutan terbesar di hari jadi kita ke-22 bulan. Kita
akhiri hubungan ini’’. Mendengar kata-kata
yang merendahkan dirinya Vira, Danil menggeleng kuat, bukan ini
kenyataannya, penyakit Vira bukan pemicu selingkuhnya. Segera diraih tangan
Vira ketika Vira hendak pergi. “apa yang kamu bicarakan Vi ? mengakhiri ? bukan
itu yang aku inginkan” “Dan bukan keadaan seperti ini juga yang aku inginkan
Danil ?!” Teriakan Vira berpengaruh pada jantungnya sendiri, nafasnya sesak,
sakit, dan sulit, jantungnya terasa diperat kuat-kuat. Tak ingin terlihat lemah
didepan semuanya, ia langsung pergi dan berjlaan sekuat tenaga. Tak kuat
menahan sakit, ia menyeerah dan tumbang tak sadarkan diri.
Angin berhembus pelan dan membelai
rambut hitam Vira, matanya tertutup menikamti hembusan angin di wajahnya.
Perlahan mata bersih itu terbuka dan meraih buku merah jambu yang ada disamping
kirinya.
“kehangatan,
hamparan kasih bak luasnya Netherland, butiran perhatian yang terucap kini
telah menumpuk bagai bukit angin di Negeri Ginseng masih terasa dan akan
kusimpan dan kukunci rapat-rapat sampai tidak ada celah sekalipun angin. Kisah cinta abadi Edward Cullen dan Bella
Swan tak bisa kita rasakan. Tapi kau selalu hidup dalam jantung dan hembusan
nafasku. Kau bukan pendonor bayaran tapi kau malaikat penolong untukku, dan
akan kubayar dengan luapan cinta ini.
Danil, aku mencintaimu sayang…”
Lalu
Vira beranjak dari batu yang ia duduki dan menghampiri nisan di depannya yang
bertulisan ‘Danil Putra Pratama’, ia tutup matanya dengan jatuhnya Kristal
bening lalu ia cium nisan itu dan bergumam
“terimaksih Danil, akan kujaga jantung ini
sepenuh hatiku. Pangeranku, aku mencintaimu sayang..”