Hari
demi hari tetes demi tetes air hujan basahi dinding
jendela kamar rumah Amelia ditemani dentingan musik gitar dengan sebuah alunan
lagu “tentang kita”. Dia jalani kehidupannya dengan kesendirian di sebuah
kesunyian merenungkan keadaannya saat ini. Hidupnya hampa dan mungkin tak akan
sanggup lagi bertahan hidup atas rasa sakit yang dialaminya bertahun – tahun
lamanya. Bahkan dia nyaris akan mengakhiri kehidupannya karena sudah
benar-benar tak sanggup lagi bertahan hidup bersama Leukimia yang setiap hari
selalu menggerogoti setiap semangat hidupnya.
Kring ….. kring…..
kriiinggg….. (suara jam beker bordering berulang-ulang)
“Amel, bangun… cepat,
sudah jam berapa nih katanya mau kuliah…”teriak ibunya dari luar kamar.
“Iya bentar-bentar bu
ini juga lagi siap-siap nih”
“iya kalau udah buruan
turun,udah dari tadi Luna nungguan kamu “
Luna ya, itu Luna teman karib Amel sejak kecil , bahkan ibu
Amel selalu memanjakan Luna karena Ibunya merasa berhutang budi karena Luna sudah
menyelamatkan nyawa Amel pada saat itu.
------0-------
Sesampainya di Kampus Amel tidak banyak bicara dan
langsung duduk dikursinya dengan biasanya, seperti tak kenal satupun teman dari
mereka.Tak lama kemudian terdengar suara sepatu Bu Linda yang semakin dekat
saja mendekati kelas Amel dengan seorang lelaki tampan yang ikut
dibelakangnya.”Selamat pagi anak-anak”sapa Bu Linda dengan suara yang
menggelegar. “Selamat pagi bu …”jawab anak-anak.Kelas pun kembali hening seketika.”Anak-anak
kenalkan ini Rafael pindahan dari sekolah ternama di Bandung, kebetulah orang
tuanya sedang ada tugas di sini, nah Rapael sekarang kamu boleh duduk disebelah
Amelia.”Baik bu.”jawab Rafel agak gugup.
Kringg…. Kringg…. (bel
istirahat berbunyi)
Seperti
biasanya Amel langsung ke taman tak pernah lupa dengan gitar yang selalu
dipegangnya kemana-mana. Amel sudah menyadari bahwa Rafael sedang mengikutinya
dari belakang, disekolah ia juga merasa sendirian karena Luna terlalu sibuk
dengan cowok-cowoknya tanpa ada sedikit waktu untuknya. “Sudahlah Rafael
ngapain kamu ngikutin aku terus”bentak Amel mengagetkan Rafael. “kok kamu bisa
tau sih aku ada disini”sambil menghampiri Amel . Boleh gak gue minjam
gitarmu”.”ya udah nih asal jangan lama-lama.”. Rafael pun menyanyi dengan suara
yang merdu bersamaan dengan dentingan gitar dengan lihainya. “bagus sekali
nyanyianmu” puji Amel.”Ah kamu bisa saja, ini gak sebanding dengan suara emasmu
itu..”canda Rafael.
Hari
demi hari mereka lewatkan bersama sebagai sepasang sahabat penuh dengan canda
tawa, bahkan Amel seperti sudah mengenal Rafael
jauh dari jauh-jauh hari. Entah kenapa ada yang berbeda dihati Amel, dia
menemukan sesosok penyemangat yang sesungguhnya dan Amel merasa terlahir
kembali tanpa beban apapun yang dideritanya. Tanpa sadari memiliki perasaan
kepada Rafael lebih dari sekedar seorang sahabat.
-----00------
Luna
datang menghampiri Amel dan mengatakan bahwa dirinya benar-benar menemukan
sosok lelaki yang dia cari selama ini. Amel menjadi bingung tentang ungkapan
sahabatnya itu dan dia memutuskan untuk mengubur rasa cintanya kepada Rafael.
Mungkin karena terlalu banyak pikiran, keadaan Amel semakin hari semakin ngedrop
saja dari hari ke hari danketika keadannya semakin parah ia langsung di larikan
ke rumah sakit terdekat dan dia harus bergantung kembali pada obat-obatan yang
tidak akan memanjangkan umurnya,tapi hanya membantunya bertahan hidup untuk
sementara waktu.
Di
kampus Rafael mendapatkan kabar bahwa Amel sedang koma di Rumah Sakit, ia
langsung pergi kesana untuk mengetahui keadaannya sekarang. Ketika sampai di
depan Amel Rafael mengungkapkan isi hatinya dan Amel malah mengusir Rafael
begitu saja dan menghiraukannya begitu saja. Rafael pun meninggalkan Amel tanpa
sekata pun keluar dari mulutnya. Tanpa disengaja dia mendengar penyakit yang
sedang diderita oleh Amel. Dia pun diam terpaku dan bibirnya pun membisu. Rafael
pun sadar mungkin itu yang membuat Amel menjauh dari Rafael. Meskipun selalu
diusir setiap hari Rafael selalu datang ke RS dan menemani Amel, ia selalu
memberi semangat . Amel pun luluh hatinya dan mengatakan bahwa ia juga memiliki
perasaan yang sama tapi ia tak bisa membalas cinta Rafael karena ia lebih memilih
harus berpisah dengan Rafael dari pada harus berpisah dengan Luna. Hari demi
hari kondisi Amel bukannya membaik balah memburuk. Rafael selalu menjaga Amel
di saat – saat Amel sudah tidak sadarkan diri.
“Amel bangun mel, kamu
harus sembuh demi gue, dan lho harus bisa melawan sakit yang lho derita saat
ini .”Rafael menangis tersedu-sedu meneteskan air mata sambil memanjatkan do’a
kepada sang Illahi Robbi.
Di saat-saat terakhirnya Rafael menyanyikan sebuah lagu
“Tentang Kita”. Namun sayang, Tuhan berkehendak lain Amel pun meninggal dunia, seketika itu Rafael menjerit sejadi-jadinya hingga
membelah langit sang malam dan ia tidak menyangka akan terjadi secepat ini. Dan
ia merasa terpukul atas yang terjadi, dia belum bisa menerima kenyataan yang
sebenarnya. Rafael pun berlari untuk mencari bunga mawar putih kesukaan Amel,
tanpa ia sadari sebuah motor melaju kencang dengan berkecepatan tinggi dan
menabrak Rafael hingga terbanting jauh dari tempat kejadian. Luna yang melihat
melihat kejadian tersebut langsung menghampiri Rapael dan meminta maaf atas
keegoannya selama ini.
“Rafael ….. Rafael lho
harus kuat gue mohon sama lho.” menyadari atas kesalahannya sambil meneteskan
air mata.
“ Gue udah gak kuat
lagi bertahan, gue cuma minta satu permintaan dari lho. “
“Apa Rafael, apa yang
bisa gue lakukan untuk lho.”
“Gue cuma mau lho
nyimpan bunga mawar putih ini dikuburan Amel.”Rafael menyodorkan bunga yang
sudah berlumuran darah dengan suara terpatah-patah.
“Apa… Amel sudah
meninggal.”Luna tercengang akan hal itu.
“Maafin gue Rafael ini
semua gara-gara gue” dengan suara yang tersedu-sedu.
“Jangan pernah kamu
menyesali apa yang sudah terjadi”Rafael pun menghembuskan nafas terakhirnya.
“Rafaelll ………....”Gue
yakin meskipun kalian tak bersatu di dunia ini , gue yakin kalian akan bertemu
dan bersatu di surga nanti (gumam Luna dalam hati).