Disuatu hari
hiduplah keluarga sederhana. Ismi anak dari Ibu Aisahdan Bapak Suherman. Ia
adalah seorang anak yang begitu ramah dan santun. Namun keluarga mereka
mengalami keretakan rumah tangga sehingga harus bercerai. Saat Ismi ditinggalkan
Ayah nya masih berusia 2 tahun, masih sangat kecil dan belum mengerti apa yang terjadi dengan keadaaan sekitar dan
masalah orangtua nya. Mungkin jika Ismi sudah dewasa dan sudah mengerti dengan
keadaaan pasti ia akan menghalangi akan ketidak inginan tersebut.
Dua tahun
berlalu, kehidupan bu Aisah dilewati tidak dengan begitu mudah, karena Bu Aisah
menjadi orang tua tunggal bagi anaknya. Kemudian Bu Aisah membangun keluarga
yang baru dengan Bapak Asmin.
Kebahagiaan
mereka yang terlihat begitu harmonis, tanpa ada halangan antara anak dan ayah
tirinya tersebut. Bapak Asmin begitu menyayangi Ismi seperti anaknya sendiri
tanpa pandang bahwa Ismi adalah anak tirinya.
Setahun berlalu
Ibu Ismi dan Pak Asmin dikaruniai seorang anak, bertambah lagi kebahagiaan
mereka. Namun ismi tidak begitu bahagia karena ia takut kalau kalau ia
tersingkirkan oleh adik barunya. Bu Aisah meyakinkanya bahwa mereka tidak akan
membandingkan antara Ismi dengan adik barunya.
9 bulan berlalu
lahirlah kedunia sesosok makhluk sempurna ciptaan tuhan yang begitu cantik, ana
yang terlahir dari Rahim bu Aisyah yang diberi nama pipin. Betapa bahagiaya pak
Smin ketika anak pertamanya lahir. Tak henti-hentinya anak tersebut
disayang-sayang oleh mereka
Hari demi hari
berlalu, yang ditakutka ismi pun mejadi kenyataan. Ketakutan ismi kalau kalau
mereka membedakan antara ismi dengan adiknya. Pak Asmin yang beperilaku
menyimpang dari sebelum terlahirya pipin. Ia menjadi kasar terhadap ismi dan
selalu membuat ismi menangis setiap hari.
Tak ada hentinya
pak asmin setiap harinya memberikan hadangan yang begitu terjal terhadap ismi.
Entah kenapa menjadi seperti itu mungkin pak asmin cemburu karena neneknya
selalu memanjakan ismi dengan begitu istimewa dan terlihat tidak begitu
menyayangi pipin, mungkin karena sebab itu ak asmin menjadi seperti itu.
Betapa jemgkeya
nenek dan kakeknya ismi melihat cucu mereka diperlakukan seperti itu oleh ayah
tirinya. Mereka pun memutuskan untuk memisahkan diri dengan meninggalkan ismi
tinggal dengan kakek neneknya.
Ismi semakin
kecewa karena ibunya begitu mudah meng-iyakan keinginan suaminya tersebut tanpa
berfikir panjang bahwa ismi akan merasa kecewa terhadapnya. Ismi juga masih
membutuhkan kasih sayang dari ibunya.
Begitu malangnya
ismi sudah tidak lagi di sayang oleh ibu dan ayah tirinya ismi begitu kecewa
dengan kejadian ini ismi mulai bertanya-tanya ayah kandungnya yang semakin
jarang menjenguknya. Mungkin karena dulu pernah terjadi masalah karena
keseringan berkunjung kerumahya yang membuat pak asmin berprasangka buruk
terhadap pak suherman padahal pak suherman berniat baik ia haya ingin
bersilaturahmi karena mereka akan selalu terikat karena adanya ikatan antara
ayah dan anak
Ismi pun
memberanikan diri untuk berkunjung ke ayah kandungnya. Ternyata pak suherman sudah
emnikah lagi ketika ismi kerumah pak suherman, ismi tidak disambut begitu
senang oleh ibu tirinya. Ia terlihat tidak menyukai ismi berkunjung kesana.
Ismi pun merasa malu bapak suherman juga berperilaku begitu acuh terhadap ismi.
Ismi pun berpikir kalau pak suherman sudah tidak menyayanginya lagi. Dan
memutusan ia tak akan berkunjung lagi karena dibuatnya kecewa sampai-sampai ia
tak ingn menganggapnya sesosok ayah yang menjadi dambaannya.
Ismipun sekarang
sudah dewasa ia sudah mulai berpikir positive ia sudah tidak lagi merasakan
kasih sayang kedua orangtuanya namun ismi masih tetap bersyukur karena masih
banyak orang yang menyayanginya.