Malam
hari yang sunyi dengan bintang bertaburan di langit membuat dina merasakan apa
yang dia rasakan selama ini dalam hidupnya. Dina merasa bahwa hidupnya ini
terbelit dalam kebingungan dengan keadaan keluarganaya yang kekurangan, malam
yang sunyi ini membuat dina merasa ketenangan dengan angina yang menghebus
menusuk tulang. Dina tak mengerti apa yang harus dilakukan dalam hidupnya agar
semua keluarganya dapat bahagia dengan umurku yang seharusnya baru duduk di kelas X dina berimajinasi dan menemukan ide
bahwa dia akan melakukan wirausaha kecil-kecilan dengan berdagang kue. Dina
pengen sekali ngebahagiain keluarganya meskipun ini jalan yang terbaik
untuknya, dia ingin kedua adiknya mendapatkan kebutuhan yang cukup seperti
orang lain.
Suatu
pagi matahari dari ufuk timur dengan udara yang segar membuat dina bergegas
untuk membeli bahan-bahan pembuatan kue itu ke pasar meskipun cin-cin pembelian
alm.ayahnya dan dina jual untuk modal. Akhirnya dina berhasil membeli semua
bahan-bahannya. Ibunya bertanya “dina abis Dari mana kok membawa kantung kresek
?”
“dina
abis beli bahan-bahan untuk berjualan kue bu”
“dari
mana kamu dapat uangnya ?” ibu bertanya dengan rasa bingung
“dari
cin-cin pemberian alm.ayah dina jual bu” dina merasa canggung atas apa yang dia
lakukan
“kenapa
kamu lakukan itu nak, itukan satu-satunya pemberian dari alm.ayahmu” Ibu merasa
kesal
“dina
ingin berjualan bu, untuk dapat membahagiakan ibu dan adik dina”
“kamu
memang sudah kelewatan berani-beraninya kamu menjual cincin pemberian dari
ayahmu itu” ibu makin marah
“maafkan
dina bu tapi ini…”
“sudahlah
ibu cape dengerin kamu bicara terus, sana pergi cari uang” ibu dina mengusir
dina
Akhirnya
dina merasa berslah atas apa yang dia lakukan “tapi dina berbuat juga demi
kebaikan” ucap dina dalam hati. Rumah panggung yang menjadi tempat tinggal dina
dan keluarganya menjadi sebuah saksi bahwa atas yang iya lakukan itu demi
kebaikan. Secangkir air putih yang berdiri di meja depan dina dengan menghadap
jendela itu membuat dina bersyukur atas apa yang telah ibu berikan kepada dina,
tak lama kemudian dina menatap langit yang senja itu dengan penuh makna.
“kakak
lagi ngapain ?” adik dina menghampiri dina yang sedang menikmati langit itu
“mmm…
kakak lagi liat burung de” dengan terkejut dina menjawab pertanyaan adiknya itu
“ah
kakak bohong, kakak pasti memikirkan kelakuan mamah terhadap kakak ya?” adik
dina merasa curiga kepada kakak yang sedang melamun atas kejadian tadi
“tidak
de kaka tidak bohong” dina menjawab dengan ragu karena sebenarnya dina merasa
sedih atas kelakuan ibu kepada dina
“yaudah
kakak istirahat saja ya kak”
“iya
de kakak akan istirahat”
“yaudah
ita tinggal ya kak” adik dina meinggalkan dina dan kamarnya
Malam hari telah tiba ini saat nya dina
mengolah adonan kue untuk besok dia jual, tanpa sedikitpun ibu dina
membantunya. Dina mengolah sendiri dengan kesunyian di malam hari, dia harus
bisa berjualan dan membuktikan bahwa aku bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan
keluarganya, satu persatu adonan itu iya masak dengan penuh semangat untuk hari
esok. Dina tidak peduli dengan keadannya yang sudah larut mala ini dina masih
terus mencetak adonan dengan mata sudah luyu tapi dia tidak mau adonan ini
gagal dia langsung memasaknya dan memberskan dapur yang kecil itu.
Subuh telah tiba ayam pun berkokok
membangunkan dina di halaman rumahnya, dina langsung bergegas untuk mengambil
air wudhu sholat shubuh, dan ternyata adiknya dina sedang wudhu akhirnya dina
dan adiknya sholat berjamaah tanpa ayah dan ibu. Dina berharap dalam do’a nya
semoga alm.ayah bahagia di surge dan semoga dagangan dina pertama kali ini
berjan dengan lancar, sedangkan adik dina berdo’a supaya ibunya dapat mengerti
kepada dina dan tidak kasar lagi kepada dina, dina dan itanya pun bersalaman
seuasai sholat subuh.
“ita
ibu kemana kok tidak sholat bareng sama kita?” dina sangat perhatian sekali
kepada ibunya
“ibu
lagi tidur kak, tadi di ajak sholat sama ita pun ibu gak mau malah memilih
untuk tidur lagi” ucap adik dina dengan merasa kecewa
“yahudah
ita mandi dulu gih kan mau sekolah “ ucap dina kepada adik nya
“iya
kak” jawab adik dina
Mereka
bergegas meninggalkan tempat sholat nya. Suatu ketika dina menguruskan adiknya
itu untuk pergi ke sekolah dengan sarapan goreng pisan yang dina buat. Dina
dalam hatinya merasa sakit sekali “hanya ini yang dapat kaka kasih ke kamu ta
berbeda dengan orang lain yang sarapan dengan roti, nasi goreng, dan susu. Tapi
kakak janji suatu saat nanti kakak akan beliin kamu makanan yang enak ” ucap
dina dalam hati sambil mengelus kepala adiknya itu
“kak
ibu bangun tuh “ ucap ita kepada dina yang sedang memperhatikan ita sarapan.
“iya
de kakak tau, yaudah kakak mau ngasih sarapan ini kepada ibu ya, pasti ibu
lapar” dina menjawab sambil memisahkan pisang goreng buat ibunya
“iya
kak” ita menjawab
Dina
pun meninggalkan ita yang sedang makan dan menghampiri ibunya yang baru bangun
dengan membawa goreng pisang hangat buatannya.
“assalamu’alikum
bu?” dina menghampiri ibu
“ngapain
kamu kesini?” jawab ibu
“dina
mau ngasih sarapan buat ibu, ibu pasti lapar ya?” ucap dina sambil memberikan
pisang goreng kepada ibunya.
“yaelah
makan ini kamu kasih ke ibu? Gak enak tau ibu pengen roti dan susu mengerti !”
ibu dina menolak pemberian dari dina dan membuang pisang goreng itu.
“astaghfirullah
ibu kenapa membuang pisang goreng ini ?” ucap dina sambil membawa pisang goreng
yang berserakan jauh ke bawah
“ibu
ingin makan dengan roti, mengerti !” ibu dina membentak dina
“tapi
bu..” dina menjawab dengan bingung
“tapi
apa hah ?!” ucap ibu dina dengan suara yang lantang
“dina
gak punya uang bu” dina menjawab dengan ketakutan
“cari
dong uangnya kayak orang bodoh aja” ucap ibunya kepada dina
Tak
lama kemudian adik dina yaitu ita menghampiri mereka berdua yang sedang
bertengkar.
‘ibu
kenapa ibu marahin kak dina?” tanya ita kepada ibu
“diam
kamu anak kecil, gak usah ikut campur urusan orang tua” ibunya membentak kepada
ita
Ita
terdiam dan menangis…
“sudahlah
de yu kita pergi jangan denger kata ibu yang tadi ke kamu ya de?” ucap dina
sambil mengelus punggungnya.
Matahari
yang bersinar itu menjemputku dan adik ku untuk segera meninggalkan rumah, adik
pergi ke sekolah dan aku pun pergi untuk berdagang. Di tengah perjalanan dina
menawarkan dagangannya kepada orang-orang setempat, dina merasa kecapean dan
dina memilih untuk istirahat sebentar dengan kakinya yang lecet dan dina merasa
haus. Tak lama kemudian dina
melanjutkan dagangnya itu dina menawarkan kue nya di tengah keramaian dengan
situasi yang berdesakan.
“mbak kue nya mbak..” ucap dina kepada orang yang sedang
berjalan.
Sesudah itu dina berjalan mendekati keramaian dan ada
salah seorang yang berlari begitu kencang dan akhirnya dagangan dina tumpah
berserakan. Dina pun tetap sabar menghadapi cobaan yang menimpanya, kue pun
jadi kotor berserakan dina hanya mengelus dada dengan tabah.
Angin yang
menemani perjalanan dina menuju rumah begitu menghembus dengan kencang
sessampainya di rumah dina tak bisa bicara apapun atas apa yang terjadi. Ibu
dina sudah siap siaga di depan pintu menanti kedatangan dina yang sedang
mencari uang.
“mana uangmu ?” tanya ibu kepada dina
“emm.. gak.. gak ada bu “ jawab dina dengan rasa kecewa
“kenapa gak ada ? kan kamu sudah cari uang dari tadi masa
gak dapet seperak pun”
“maaf bu tadi ada musibah menimpaku sehingga dagangan pun
tumpah berserakan dan akhirnya kue itu di injak-injak oleh orang lain” jawab
dina dengan ketakutan di marahi oleh ibu
“dasar anak bodoh, masa cari uang segitu pun gak becus !”
ucap ibunya dengan suara yang keras
“maaf bu, bukan maksud dina untuk kecawain ibu” dina
menjawab dengan sedih
“sudahlah pergilah kamu dari rumah ini jangan kembali
lagi” ucap ibu dina dengan marah
Dina pun merasa sangat sakit hati atas ucapan ibunya yang
mengusir dina dari rumah, akhirnya dina melakukan apa yang ibunya di inginkan.
Dina pergi tanpa sepengetahuan adiknya karena dina sangat menyayangi adiknya,
maka dia ingin adiknya tetap bersama ibunya di rumah, dina gak mau adiknya
seperti dina yang hanya tukang dagang kue. Malam yang sunyi membuat dina merasa
kedinginan atas perjalanan yang entah kemana dina tuju dina hanya berdo’a dan
berharap semoga tuhan memberi keselamatan dan kesehatan terhadap dina dan
keluarganya yang di rumah.