PKBM
AL-FATTAH Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya sedang proses membangun Masjid Al-Mahfudz.
Kami mohon partisipasi dan dukungan dari semua pihak agar segera terealisasi
masjid yang representatif untuk sarana ibadah siswa, warga sekolah dan
masyarakat sekitar.
Ternyata
membangun masjid punya keutamaan yang besar. Bahkan bila kita membangun bagian
kecil saja tetap punya keutamaan.
Bangun
Masjid Walau Hanya Menyumbang Satu Bata
Dari
Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang
tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah)
seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah no. 738. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Mafhash
qathaah dalam
hadits artinya lubang yang dipakai burung menaruh telurnya dan menderum di
tempat tesebut. Dan qathah adalah sejenis burung.
Ibnu
Hajar dalam Al-Fath (1: 545) menyatakan,
“Maksud
dari “siapa yang membangun masjid” digunakan isim nakirah yang menunjukkan
keumuman, sehingga maksud hadits adalah siapa yang membangun masjid besar
maupun kecil. Dalam riwayat Anas yang dikeluarkan oleh Tirmidzi yang mendukung
yang menyatakan dengan masjid kecil atau besar.”
Masih
melanjutkan penjelasan Ibnu Hajar, yang diterangkan dalam hadits di atas adalah
cuma bahasa hiperbolis. Karena tak mungkin tempat burung menaruh telur dan
menderum yang seukuran itu dijadikan tempat shalat. Ada riwayat Jabir semakin
memperkuat hal ini.
Sebagian
ulama lainnya menafsirkan hadits tersebut secara tekstual. Maksudnya, siapa
membangun masjid dengan menambah bagian kecil saja yang dibutuhkan, tambahan
tersebut seukuran tempat burung bertelur; atau bisa jadi caranya, para jama’ah
bekerja sama untuk membangun masjid dan setiap orang punya bagian kecil
seukuran tempat burung bertelur; ini semua masuk dalam istilah membangun
masjid. Karena bentuk akhirnya adalah suatu masjid dalam benak kita, yaitu
tempat untuk kita shalat.
Berarti
penjelasan Ibnu Hajar di atas menunjukkan bahwa jika ada yang menyumbang satu
sak semen saja atau bahkan menyumbang satu bata saja, sudah mendapatkan pahala
untuk membangun masjid … masya Allah.
Yang
Penting Ikhlas Ketika Menyumbang
Berapa
pun besar sumbangan untuk masjid harus didasari niatan ikhlas karena Allah.
Karena yang dimaksud lillah, kata Ibnu
Hajar adalah ikhlas (karena Allah). (Fath Al-Bari, 1:
545). Jadi, pahala besar membangun masjid yang disebutkan dalam hadits yang
kita kaji bisa diraih ketika kita ikhlas dalam beramal, bukan untuk cari pujian
atau balasan dari manusia.
Maksud
Dibangunkan Bangunan Semisal di Surga
Hadits
tentang keutamaan membangun masjid juga disebutkan dari hadits Utsman bin
Affan. Di masa Utsman yaitu tahun 30 Hijriyah hingga khilafah beliau berakhir
karena terbunuhnya beliau, dibangunlah masjid Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Utsman katakan pada
mereka yang membangun sebagai bentuk pengingkaran bahwa mereka terlalu
bermegah-megahan. Lalu Utsman membawakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan
membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Bukhari no. 450 dan
Muslim no. 533).
Kata Imam
Nawawi rahimahullah, maksud akan dibangun baginya semisal itu
di surga ada dua tafsiran:
1- Allah akan membangunkan
semisal itu dengan bangunan yang disebut bait (rumah). Namun sifatnya dalam hal
luasnya dan lainnya, tentu punya keutamaan tersendiri. Bangunan di surga tentu
tidak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak
pernah terbetik dalam hati akan indahnya.
2-
Keutamaan bangunan yang diperoleh di surga dibanding dengan rumah di surga
lainnya adalah seperti keutamaan masjid di dunia dibanding dengan rumah-rumah
di dunia. (Syarh Shahih Muslim, 5: 14)
Masjid
Hanya untuk Ajang Pamer dan Saling Bangga
Yang
tercela adalah jika masjid cuma untuk bermegah-megahan, bukan untuk tujuan
ibadah atau berlomba dalam kebaikan. Dari Anas radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kiamat tidaklah terjadi hingga manusia berbangga-bangga dalam
membangun masjid” (HR. Abu Daud no. 449, Ibnu Majah no. 739,
An-Nasa’i no. Ahmad 19: 372. Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan menyatakan bahwa sanad
hadits ini shahih sesuai syarat Muslim,
perawinya tsiqah. Al-Hafizh Abu Thahir juga menyimpulkan bahwa sanad hadits
ini shahih).
Itulah
kenyataan yang terjadi saat ini di tengah-tengah kaum muslimin. Syaikh Abdullah
bin Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
“Yang dimaksud hadits adalah saling menyombongkan diri dengan masjidnya
masing-masing. Ada yang nanti berujar, wah masjidku yang paling tinggi,
masjidku yang paling luas atau masjidku yang paling bagus. Itu semua dilakukan
karena riya’ dan sum’ah, yaitu
mencari pujian. Itulah kenyataan yang terjadi pada kaum muslimin saat ini.” (Minhah Al-‘Allam, 2: 495). Itulah tanda kiamat semakin
dekat.
Semoga
bermanfaat. Semoga artikel ini semakin memotivasi kita untuk membangun masjid
di dunia, sehingga Allah menjadikan kita rumah yang indah dan penuh kenikmatan
di surga. Wallahu waliyyut taufiq.
Referensi:
Al-Minhaj
Syarh Shahih Muslim. Cetakan
pertama, tahun 1433 H. Yahya bin Syarh An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
Fath
Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari. Cetakan keempat, tahun 1432 H.
Ibnu Hajar Al-Asqalani. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Minhah
Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan ketiga, tahun 1431 H.
Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Sumber https://rumaysho.com/11599-keutamaan-membangun-masjid-walau-hanya-memberi-satu-bata.html